Pewarna Remasol Cepat Pudar Dan Kusam?

Kemungkinan paling mungkin yakni alasannya adalah memakai pewarna remasol palsu.

Banyak pewarna remasol oplosan yang secara terang, jikalau dipakai untuk mewarnai kain batik, maka kesannya kurang membuat puas, mampu cepat pudar atau hasil pewarnaan kusam.

gradient color

Dalam banyak peluang, kami dari acapkali menerima ganjalan dari beberapa pembaca yang merasa kesal alasannya adalah saat proses mewarnai batik menggunakan pewarna remasol, akhirnya kurang membuat puas. Sebagian besar dari mereka kecewa dengan hasil pewarnaan yang kusam dan cepat pudar. Apa sebetulnya penyebab dari problem ini?

Nah, dalam artikel inilah kami akan sedikit mengulas hal-wacana perihal hasil pewarnaan memakai pewarna batik remasol yang notabene dianggap beberapa kelompok hasil alhasil kurang memuaskan. Silakan seruput dulu kopinya, Sobat semua, sebelum melanjutkan baca-baca postingan mengasyikkan ini. :)

Menurut prasangka kami, setelah melalui riset skala kecil dengan menanyai beberapa pengguna yang menggunakan pewarna batik jenis reaktif ini, ada dua penyebab utama yang mengakibatkan hasil pewarnaan dengan pewarna remasol ini kurang mengasyikkan dan kurang sedap dipandang mata. Apa saja dua hal yang kami maksud?

Pertama, ada kemungkinan pewarna remasol yang dipakai yaitu pewarna remasol palsu. Hah?!! Iya, Sobat, jadi yang palsu itu bukan hanya uang saja atau kasih sayang si doi ke kalian saja. Semua hal, toh di dunia ini, banyak yang artifisial, tho? Nah, tergolong pewarna remasol pun ada yang artifisial, guys!

Sebenarnya bukan murni artifisial sih. Cuman, memang banyak pewarna remasol yang diedarkan di pasaran ketika ini, bahkan dari dahulu, yang tidak 100% murni pewarna remasol. Artinya, pewarna remasol yang beredar tersebut banyak yang telah dioplos dengan debu lain. Bubuk lain di sini, memang sengaja digunakan oleh beberapa pedagang obat batik remasol ini untuk menurunkan mutu pewarna remasol tersebut, sekaligus mengoptimalkan berat si abu remasol murninya.

Secara lebih jelas, begini maksud kami; pewarna remasol yang murni keluaran pabrik, itu telah mampu dipastikan 100% memang murni remasol. Oleh penjualeceran, pewarna ini lalu dioplos dengan abu lain. Misalnya, 50% pewarna remasol, dioplos dengan 50% debu lain. Akibatnya terperinci sekali bahwa kualitas pewarna remasol oplosan ini akan menurun 50%. Makara semisal pembaca ingin membuat pewarna dengan takaran 100 gram, maka untuk mencapai hasil yang benar-benar mirip remasol murni 100% diharapkan 200 gram bubuk remasol oplosan ini.

Problemnya lalu yaitu, bahwa kita akan sangat kesusahan untuk membedakan mana pewarna remasol murni dan mana yang telah dioplos dengan bubuk lain. Apa solusinya? Ya kita tanyakan saja ke si penjual. Karena nyaris tak ada perbedaan antara abu remasol murni 100% dengan yang telah dioplos.

Kedua, salah langkah. Yang dimaksud dengan salah langkah di sini adalah bahwa meskipun sudah menggunakan pewarna remasol murni 100%, barangkali ada langkah yang terlupakan dalam proses pewarnaan kain batik memakai pewarna remasol ini.

Paling sering, yakni lupa menambahkan zat penguat mirip soda kue, soda ash, atau waterglass. Ketiga zat penguat ini sudah pernah kami ulas secara cukup mendetail cara penggunaannya dalam proses mewarnai kain batik dengan pewarna procion ini di lain artikel sebelum-sebelumnya.

Kalau bukan lupa langkah seperti menambahkan zat penguat, ada kemungkinan lain mengapa kita gagal menciptakan warna yang jreng ketika memakai pewarna remasol. Seperti misalnya air yang kita pakai ternyata kurang jernih, atau pembilasan yang kurang tepat, atau bisa juga sebab salah penjemuran.

Lalu, bagaimana sebaiknya kita menyikapi problematika dalam prosesi pewarnaan batik memakai pewarna remasol ini?

Saran dari kami, usahakan Sobat semua menerima pewarna remasol yang 100% original dan bukan oplosan. Kalau memang kurang percaya apakah pewarna yang sobat pakai itu telah dioplos atau belum, maka Sobat semua bisa menaikkan takaran pewarnanya. Misal tadinya mau menggunakan 100 gram untuk 1 liter, maka seharusnya takar 150 gram untuk 1 liter air. Atau tetap 100 gram debu remasolnya, tetapi airnya dikurangi menjadi, misal 700 ml saja.

Di samping itu, yang tak kalah penting yaitu Sobat harus mengingat dan jangan hingga lupa untuk menggunakan zat penguat seperti soda yang sudah kami singgung tadi. Ingat, lupa menambahkan zat pengunci pewarna remasol dalam hal ini mempunyai arti meruntuhkan segalanya. Ya, sebab tanpa zat pengunci seperti soda atau waterglass, maka pewarna remasol yang kita pakai akan sia-sia belaka. Dan sudah bisa dipastikan warna akan lolos alias luntur hampir seluruhnya.

Terakhir, teruslah semangat berguru dan belajar dan berguru. Silakan terus bereksperimen, menjajal dan menjajal . Tambah terus pengalaman Sobat dalam hal pewarnaan memakai pewarna reaktif ini.

Sekian dahulu dari kami, Sobat sekalian. Kalau ada hal yang ingin ditanyakan, dengan bahagia hati kami akan berusaha menolong. Silakan tanya-tanya di kolom komentar. Dan jika pembaca ingin mendapatkan pewarna remasol yang 100% original, mampu menelepon kami lewat kontak yang sudah lengkap kami terakan di laman ini.
LihatTutupKomentar