Sentra Kerajinan Batik Di Desa Wijirejo

Desa Wijirejo Kecamatan Pandak Kabupaten Bantul merupakan salah satu pusat industri kerajinan batik di DIY. Produk-produknya telah diterima pasar secara luas. Kini batik banyak dipakai sebagai seragam sekolah, seragam kantor Pemerintah bahkan seragam perusahaan. Ada beberapa perajin batik yang menekuni usaha bikinan batik, baik cap, tulis maupun kombinasi secara bebuyutan di Desa Wijirejo ini.

Salah satu perajin batik yang sampai kini tetap eksis ialah Harto Prayitno (64) atau lebih diketahui dengan panggilanPak Topo”. Selain batik Topo, ada 17 perajin batik yang lain di sentra Wijirejo. Mereka antara lain : batik Dirjo Sugito, batik Nining, batik Sri Sulastri ,batik Ayu, batik Erisa bahkan batik Arjo Gelis . Para perajin batik Wijirejo tersebar di 4 pedukuhan: Pedak, Kauman dan Ngeblak serta Bergan.

Saat ditemui Rabu (21/7) di Showroom yang sekaligus Workshopnya, Harto Prayitno menuturkan bahwa tempo dulu, penduduk sekitar desa wijirejo ialah tenaga kerja perajin batik yang ada di kota. Dalam perjalanan waktu mereka mampu berupaya sendiri dan menciptakan lapangan usaha mandiri. Sampai tahun 1995 jumlah perajin meraih 34 orang, dengan tenaga kerja kurang lebih 400 orang. Ketika terjadi krismon 1996, yang mampu bertahan tinggal 4 orang, salah satunya adalah Batik Topo Hp. Usaha batik mulai ramai lagi setelah Pemerintah Kabupaten Bantul mewajibkan PNS berpakaian batik setiap Jumat dan Sabtu. Dampak yang tampakdari kebijakan tersebut, yakni bangkitnya kembali para perajin batik yang dulunya sudah gulung tikar.

Dalam bagian lain uraiannyaya, Topo menerangkan bahwa usaha yang diresmikan semenjak tahun 1982 dengan modal permulaan Rp 125.000, kini modal bisnisnya meraih kurang lebih Rp 1 M. Omzet penjualan ketika ini berkisar Rp 30 juta per bulan. Pangsa pasar batik Wijirejo tidak saja dalam daerah DIY, akan tetapi sudah merambah ke luar pulau Jawa mirip Kalimantan, Sumatra bahkan Sulawesi. Pasar manca negara juga dilayani seperti ekspor ke Jepang yang dijalankan secara rutin tiap tiga bulan sekali.

Ada banyak sekali jenis batik yang dihasilkan oleh sentra Wijirejo. Produk batik yang dihasilkan oleh batik Topo antara lain : batik sogan, spray, taplak meja, batik sutera, batik seragam sekolah, batik zat warna alam, selendang, sarung dan kain sarimbit. Dari produk kain batik tersebut, juga dikembangkan untuk menghasilkan produk yang lain seperti : tas batik dan sandal batik.

Proses Pembuatan batik dijalankan secara tradisional. Ada tiga tahapan proses yang harus dijalankan. Awalnya proses pelekatan lilin/malam batik pada kain untuk menciptakan motif batik yang diharapkan dengan cara canting tulis , canting cap maupun dilukis dengan kuwas/jegul . Tahap ke dua ialah proses pewarnaan batik, kemudian terakhir penghilangan lilin batik yang sudah melekat pada permukaan kain dengan cara ngerok atau ngerik dan pengerjaan ini disebut nglorod, ngebyok atau mbabar.

Bahan baku untuk batik yaitu kain grey materi katun dan kain mori putih. Untuk kain mori putih selain dari bahan katun, juga mampu rayon, sutera asli bahkan sutera tiruan. Sedangkan bahan cat untuk batik yakni Naftol lengkap dengan garam atau base naftol, Indigosol, Indanthren dan Rapid. Sedangkan materi penolong yang digunakan : lilin/malam, kostik soda, tepung aci, hydrosulfit, air keras/ HCL, TRO/ teepol, Nitrit , Tinopal dan senyawa kimia yang lain.

Kini Wijirejo sudah dikenal sebagai pusat batik, sekaligus menjadi kebanggan masyarakatnya. Ke depan dibutuhkan desa Wijirejo mampu bermetamorfosis sentra industri batik yang modern. Dalam tangan generasi muda Wijirejo-lah niat dan semangat untuk tetap melestarikan budaya batik sebagai budaya nasional bangsa yang telah diakui dunia, bergantung. Saat ini kendala yang dinikmati ialah kurangnya tenaga trampil membatik untuk memenuhi usul batik yang terus meningkat.
Sumber http://modelbajubatikk.blogspot.com/
LihatTutupKomentar